Minggu, 12 Agustus 2012

MENGENDALIKAN OPT SECARA TERPADU


Salam Pertanian......!!!!!


1.     PENGERTIAN, TUJUAN DAN CIRI-CIRI PENGENDALIAN HAMA TERPADU     (PHT)

  1. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu
Terdapat empat batasan/pengertian menyangkut pengendalian hama terpadu, yaitu :
1) Pengelolaan Hama adalah pengelolaan protektif pada spesies-spesies yang merugikan dengan melakukan evaluasi dan konsolidasi semua teknik pengendalian yang tersedia ke dalam satu program yang terpadu, untuk mengelola populasi hama sedemikian rupa sehingga kerusakan ekonomik dapat dihindari dan pengaruh samping bagi lingkungan yang merugikan dapat ditekan seminimal mungkin.
2) Pengelolaan Hama adalah pemilihan secara cerdik dari penggunaan tindakan pengendalian hama yang dapat menjamin hasil atau konsekuensi yang menguntungkan dilihat dari segi  ekonomi, ekologi dan sosiologi.
3) Pengendalian Hama Terpadu adalah pendekatan ekologik yang multidisiplin terhadap pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompatibel dalam satu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan.  Atau sebagai suatu strategi pengendalian hama dengan jalan memadukan berbagai taktik pengendalian yang terpilih dan serasi dengan memperhatikan dari segi ekonomi, social, toksikologi dan ekologi yang menitikberatkan faktor-faktor mortalitas alami sehingga populasi hama tetap berada pada tingkat yang secara ekonomi tidak merugikan.
4) Pengelolaan Hama Terpadu adalah usaha untuk mengoptimalkan hasil pengendalaian hama secara ekonomik dan ekologik. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan berbagai taktik secara kompatibel agar tetap mempertahankan kerusakan hama di bawah aras kerusakan ekonomi dan melindungi terhadap ancaman atau bahaya bagi manusia, binatang, tanaman dan lingkungan.
Tujuan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah untuk menurunkan dan atau mempertahankan populasi hama tetap dibawah ambang batas yang dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomis.

  1. Ciri-Ciri Pengendalian Hama Terpadu
Dari keempat batasan diatas dapat dimengerti bahwa pengendalian hama terpadu mempunyai beberapa cirri atau sifat dasar yang membedakan dengan pengendalian hama konvensional yang saat ini masih banyak dipraktekkan. Ciri-ciri pengendalian hama terpadu adalah :
1)    Tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama, tetapi pengendalian populasi hama agar tetap berada dibawah suatu tingkatan atau aras yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomik.
2)    Dalam melaksanakan pengendalian hama digunakan semua metode atau teknik pengendalian yang dikenal. PHT tidak tergantung pada satu cara pengendalian tertentu seperti penggunaan pestisida saja, tetapi semua teknik pengendalian dikombinasikan secara terpadu dalam suatu kesatuan sistem pengelolaan.
3)    Dalam mencapai sasaran utama PHT yaitu mempertahankan populasi hama dibawah kerusakan ekonomi sehingga produktivitas pertanian dapat diusahakan pada tingkat yang tinggi, maka perlu diperhatikan beberapa kendala, yaitu :
-       Kendala sosial ekonomi, yang berarti pelaksanaan PHT harus dapat didukung oleh kelayakan sosial ekonomi masyarakat setempat.
-    Kendala ekologi, yang berarti bahwa dalam penerapan PHT harus secara ekologik dapat dipertanggungjawabkan dan tidak menimbulkan kegoncangan dan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi binatang yang berguna, margasatwa, manusia dan lingkungan pada umumnya baik pada saat ini maupun masa mendatang.  

2.     LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU

Pengembangan sistem PHT harus mempertimbangkan keadaan agroekosistem setempat, sehingga pengembangan PHT pada suatu daerah akan berbeda dengan pengembangan di daerah lain. Sistem PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem dan sosial ekonomi masyarakat petani setempat, karena konsepsi PHT pada dasarnya merupakan penerapan pendekatan ekologik dan ekonomik pengendalian hama. Langkah-langkah pokok pengambangan PHT yang perlu dilaksanakan adalah :
a.    Identifikasi dan analisis status hama yang harus dikelola
Hama hama yang menyerang pada suatu agroekosistem harus dikategorikan apakah termasuk hama-hama utama, hama-hama kedua, hama-hama potensial, hama migran dan yang bukan hama. Dengan mempelajari status hama dapat ditetapkan jenjang toleransi ekonomi untuk masing-masing hama.
Hama Utama (main pests) adalah hama-hama yang selalu menyerang pada suatu daerah dengan intensitas serangan yang berat, sehingga selalu memerlukan usaha pengendalian. Tanpa pengendalian hama-hama tersebut akan selalu berada diatas jenjang atau aras toleransi ekonomik. Biasanya hanya ada satu atau dua hama utama pada suatu agroekosistem. Perhatian utama dari PHT adalah terhadap hama utama tersebut.
Hama Kedua (occasional pests) adalah jenis-jenis hama yang relatif kurang penting, tetapi kadang-kadang populasinya pada suatu waktu dapat meningkat melebihi aras toleransi ekonomiknya. Kelompok hama ini seringkali peka terhadap perlakuan PHT yang dikenakan pada hama-hama utama, karena itu perlu diawasi agar tidak menimbulkan terjadinya apa yang disebut ledakan hama kedua.
Hama Potensial  merupakan hama-hama yang pada keadaan normal tidak membahayakan karena tidak menimbulkan kerusakan yang nyata. Tetapi ada kemungkinan karena adanya perubahan ekosistem tertentu maka hama-hama potensial tersebut dapat meningkat populasinya sehingga menjadi membahayakan.
Hama Migran merupakan hama yang bukan berasal dari agroekosistem tetapi datang dari luar secara periodik yang mungkin dapat mengakibatkan kerusakan ekonomik. Ulat grayak merupakan contoh yang khas hama kelompok ini.
b.    Mempelajari anasir dan saling tindak dalam ekosistem
Anasir atau komponen pada suatu unit ekosistem perlu dipelajari terutama yang berpengaruh terhadap hama-hama utama. Ternasuk dalam studi ini adalah inventarisasi berbagai musuh alami yang penting dan sampai berapa jauh peranan mereka sebagai pengendali alami. Interaksi antar berbagai anasir biotik dan abiotik, dinamika populasi hama dan musuh alaminya, studi fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hama dan sebagainya merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk menetapkan strategi pengendalian hama yang tepat.
c.    Penetapan dan pengembangan ambang ekonomi
Ambang ekonomi atau ambang pengendalian atau ambang toleransi ekonomik merupakan ketetapan tentang pengambilan keputusan kapan harus dilaksanakan penggunaan pestisida. Apabila ternyata populasi atau kerusakan hama belum mencapai aras tersebut penggunaan pestisida masih belum diperlukan.
Untuk menetapkan ambang ekonomi dibutuhkan banyak informasi baik data biologi dan ekologi, serta ekonomi. Penetapan kerusakan hasil dalam hubungannya dengan populasi hama merupakan bagian yang penting dalam pengembangan ambang ekonomi, demikian juga analisis biaya/manfaat pengendalian sangat diperlukan.
d.    Pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama
Untuk mengetahui letak dan keadaan suatu jenis hama pada suatu waktu dan tempat terhadap AE hama tersebut, dibutuhkan program pengamatan/monitoring hama yang rutin dan terorganisasikan dengan baik. Jaringan dan organisasi monitoring yang merupakan salah satu bagian organisasi PHT harus dikembangkan agar dapat menjamin ketepatan dan kecepatan arus informasi dari lapangan ke pihak pengambil keputusan pengendalian hama dan sebaliknya.
e.    Pengembangan model deskriptif dan peramalan hama
Apabila telah diketahui gejolak populasi hama dan hubungannya dengan komponen-komponen ekosistem lainnya, dapat dikembangkan model kuantitatif yang dinamik dan yang mampu meramalkan gejolak populasi dan kerusakan dengan tingkatan probabilitas tertentu.
f.     Pengembangan strategi pengelolaan hama
Strategi dasar PHT dikembangkan melalui taktik sebagai berikut :
1)    Pemanfaatan pengendali hayati yang asli di tempat tersebut.
2)    Pengelolaan lingkungan dengan cara bercocok tanam.
3)    Penggunaan pestisida secara terpilih/ selektif.
g.    Penyuluhan kepada petani agar menerima dan menerapkan PHT
h.    Pengembangan organisasi PHT

3.     EMPAT PRINSIP DASAR PENGENDALIAN HAMA TERPADU

a.    Budidaya Tanaman Sehat
Menciptakan tanaman yang tumbuh sehat dan kuat merupakan bagian penting dalam program PHT. Tanaman yang sehat akan lebih tahan terhadap serangan hama, dan bila terjadi kerusakan akan lebih mampu mengatasinya, misalnya dengan membentuk daun-daun baru, tunas baru, anakan baru dan lain-lain, sehingga tanaman akan tetap tumbuh normal dengan produktivitas tinggi.
Tanaman sehat dengan produktivitas tinggi dapat diperoleh dengan jalan meningkatkan teknik budidaya yang baik, dengan cara-cara sebagai berikut :
1)    Pengolahan tanah yang baik
2)    Pemilihan benih/bibit yang unggul
3)    Pengairan yang teratur
4)    Pemupukan berimbang/proporsional sesuai kebutuhan tanaman
5)    Pengendalian gulma

b.    Melestarikan dan mendayagunakan fungsi musuh alami
Musuh alami merupakan komponen ekosistem yang amat menentukan keseimbangan populasi hama. Pada kondisi lingkungan yang baik, musuh alami dapat berperan aktif dalam menekan perkembangan populasi hama. Dilain pihak, aktivitas musuh alami tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, konsep PHT lebih menitikberatkan pendayagunaan musuh alami. Untuk hal tersebut, perlu terus berupaya menemukan, mengenali, dan mengamati musuh alami yang ada dilahan serta berusaha memelihara keseimbangan lingkungan pertanaman agar populasi musuh alami dapat terus berkembang. Juga perlu dihindari penggunaan pestisida yang dapat membunuh musuh alami. Upaya mendayagunakan dan memperkuat musuh alami, berarti frekuensi penyemprotan bisa ditekan serendah mungkin, penggunaan pestisida lebih hemat, keuntungan ekonomi lebih tinggi, kelestarian lingkungan terjaga dan kesehatan pengelola terjamin.
c.    Pengamatan Mingguan
Hama yang ada pada pertanaman tidak timbul begitu saja, melainkan karena adanya perubahan-perubahan pada ekosistem pertanian (agroekosistem) yang terjadi akibat perubahan cuaca, perubahan populasi musuh alami, dan perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan budidaya tanaman.
Perubahan-perubahan tersebut harus terus dipantau melalui kegiatan pengamatan. Pengamatan perlu dilakukan seminggu sekali agar tidak terlambat mengambil keputusan pengendalian. Petani harus terampil memantau lahannya sendiri, menganalisis kondisi lingkungan yang ada, membuat keputusan yang bijaksana, mengambil tindakan pengendalian hama yang tepat, praktis, dan menguntungkan.
d.    Petani menjadi ahli PHT
Petani adalah penanggung jawab, pengelola, dan penentu keputusan di lahan sawahnya sendiri, sedangkan petugas dan pihak lain berperan sebagai narasumber, pemberi informasi, dan pemandu petani bila diperlukan. Berdasarkan hal tersebut, petani harus mandiri, percaya diri, mampu untuk menerapkan prinsip-prinsip teknologi PHT dilahannya sendiri. Sebagai ahli PHT, petani harus mampu menjadi pengamat, penganalisis ekosistem, pengambil keputusan pengendalian, dan pelaksana teknologi pengendalian yang sesuai dengan prinsip PHT. Keahlian ini bisa diperoleh dari latihan di Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dan pengalaman lanjutan dari hasil penerapan PHT di lapangan.
Hal yang penting diperhatikan dalam penerapan PHT adalah mempelajari ekosistem pertanian, menetapkan ambang ekonomi (AE), waktu, dan cara PHT.

4.     PENGERTIAN AMBANG EKONOMI (AE)

Berikut ini beberapa istilah dalam pengendalian hama terpadu :
a.    Kerusakan Ekonomi (Economic Damage)
Tingkatan kerusakan yang membenarkan adanya pengeluaran biaya untuk pengendalian hama secara buatan seperti penggunaan pestisida.
b.    Aras Luka Ekonomi (Economic Injury Level)
Suatu kepadatan populasi hama yang terendah yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi. Aras ini dapat beragam dari satu daerah ke daerah lainnya, dan dari satu musim ke musim lainnya. Juga aras ini tergantung pada perubahan skala nilai sosial dan ekonomi masyarakat.
c.    Ambang Ekonomi (Economic Threshold)
Kepadatan populasi hama yang membutuhkan suatu tindakan pengendalian, untuk mencegah peningkatan populasi berikutnya yang dapat mencapai aras luka ekonomi. Ambang ekonomi lebih rendah daripada aras luka ekonomi agar memberikan waktu yang cukup guna memulai perlakuan pengendalian yang berhasil sebelum populasi hama mencapai aras luka ekonomi.
d.    Keseimbangan Umum (General Equilibrium)
Suatu kepadatan populasi hama rata-rata pada suatu tempat dalam kurun waktu yang panjang tanpa adanya perubahan cuaca yang lama dan tetap.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai ambang ekonomi suatu hama, diantaranya adalah jenis tanaman, jenis hama, agroekosistem, pandangan konsumen terhadap komoditas, waktu dan lain-lain. Setiap hama memiliki perbedaan sifat, daya reproduksi, keinginan terhadap kondisi lingkungan yang optimal, juga kesenangannya terhadap jenis tanaman. Ada tanaman yang amat disukai, yang kurang disukai, ada pula jenis tanaman yang sama sekali tidak disukai.
Usaha mengetahui nilai ambang ekonomi suatu hama dapat ditempuh atas beberapa dasar sebagai berikut :
  1. Atas dasar pengalaman setempat yang diperoleh dalam jangka waktu lama, sehingga pengalaman tersebut dapat diyakini kebenarannya bahwa tingkat kepadatan populasi tertentu, bila tidak dikendalikan akan menimbulkan kerugian ekonomi.
  2. Atas dasar ketetapan di daerah atau negara lain, jika memang nilai ambang ekonomi untuk daerah tersebut belum ada.
  3. Atas dasar penelitian, nilai ambang ekonomi hasil penelitian ini dianggap paling baik karena didasarkan atas analisis faktor-faktor penentu daerah tersebut, yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Langkah-langkah dalam penetapan nilai ambang ekonomi adalah sebagai berikut :
  1. Menentukan hama utama
  2. Menentukan kepadatan populasi hama
  3. Menetapkan besarnya kerugian tanaman (bagian tanaman atau hasilnya)
  4. Mencari hubungan antara kepadatan dan kerusakan
  5. Memperkirakan kerusakan dalam nilai uang
  6. Mencari hubungan antara populasi dengan nilai uang
  7. Memperhitungkan biaya pengendalian per unit area (bahan, alat, tenaga)
  8. Menetapkan kepadatan populasi hama (yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi) setara dengan biaya pengendalian, tingkat kepadatan yang diperoleh merupakan nilai ambang ekonomi.
Nilai ambang ekonomi merupakan patokan kepadatan populasi dalam monitoring mingguan, untuk mewaspadai perkembangan hama. Hal ini merupakan taktik ampuh untuk menghindari kerugian ekonomi karena perkembangan kepadatan populasi hama dapat dideteksi seawal mungkin.

5.     PERPADUAN KOMPONEN TAKTIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU
No.
Jenis Hama
Tanaman Inang
Nilai AE
Komponen PHT
1.
Tikus
Padi
5 % sampel tanaman muda (sebelum bun-ting) terpotong
1. Pelaksanaan teknik
    budidaya yang baik
2. Sanitasi lingkungan
3. Tanam serempak
4. Pemanfaatan predator   
5. Pemasangan umpan
    beracun
6. Pengemposan
2.
Wereng cokelat
Padi
a.     1 ekor imago/tunas di petak sampel
b.     10 ekor nimfa/rum-pun
c.     5 ekor imago/ rum-pun pada stadia vegetatif
d.     10 ekor imago/ rumpun pada sta-dia generatif
1. Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
2. Pemilihan varietas resisten
3. Tanam serentak
4. Pergiliran tanaman
5. Pengamatan kepadatan populasi
6. Penyemprotan dengan insektisida selektif
7. Eradikasi tanaman yang terserang berat
3.
Ulat Daun
Kubis
a.    1 larva/10 tana-man sampel
b.    40% intensitas serangan
1.  Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
2.  Penentuan waktu tanam yang tepat
3.  Tumpang sari dengan tomat, jagung dan bawang
4.  Rotasi dengan tanaman yang tidak satu famili
5.  Pemanfaatan musuh alami
6.  Penggunaan insekti-sida mikrobia
4.
Penggerek batang
Padi
a.    1 klp telur/m2 pd stadia vegetatif di petak sampel
b.    5% - 10% tunas mati (sundep)
c.    2 ekor ngengat/m2
d.    5 masa telur/100 m2 pd persemaian
1. Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
2. Pemilihan varietas resisten
3. Tanam serentak
4. Pergiliran tanaman
5. Pengamatan kepadatan populasi
6. Pemanfaatan parasitoid
7. Penyemprotan dengan insektisida selektif

5.
Walang sangit
Padi
2 ekor/m2 pada stadia masak susu di petak sampel
1. Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
2. Pemilihan varietas resisten
3. Tanam serentak
4. Pergiliran tanaman
5. Pengamatan kepadatan populasi
6. Pemanfaatan musuh alami
7. Penyemprotan dengan insektisida selektif

6.
Penggerek polong
Kedelai
2% intensitas serang-an
1.  Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
2.  Pemilihan varietas resisten
3.  Tanam serentak
4.  Pergiliran tanaman
5.  Pengamatan kepadatan populasi
6.  Pemanfaatan musuh alami
7.  Penyemprotan dengan insektisida selektif


 RANGKUMAN

1.     PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

a.    Pengelolaan Hama adalah pengelolaan protektif pada spesies-spesies yang merugikan dengan melakukan evaluasi dan konsolidasi semua teknik pengendalian yang tersedia ke dalam satu program yang terpadu, untuk mengelola populasi hama sedemikian rupa sehingga kerusakan ekonomik dapat dihindari dan pengaruh samping bagi lingkungan yang merugikan dapat ditekan seminimal mungkin.
b.    Pengelolaan Hama adalah pemilihan secara cerdik dari penggunaan tindakan pengendalian hama yang dapat menjamin hasil atau konsekuensi yang menguntungkan dilihat dari segi  ekonomi, ekologi dan sosiologi.
c.    Pengendalian Hama Terpadu adalah pendekatan ekologik yang multidisiplin terhadap pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompatibel dalam satu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan.  
d.    Pengelolaan Hama Terpadu adalah usaha untuk mengoptimalkan hasil pengendalaian hama secara ekonomik dan ekologik. 

Ciri-Ciri Pengendalian Hama Terpadu

1.    Tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama, tetapi pengendalian populasi hama agar tetap berada dibawah suatu tingkatan atau aras yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomik.
2.    Dalam melaksanakan pengendalian hama digunakan semua metode atau teknik pengendalian yang dikenal. 
3.    Dalam mencapai sasaran utama PHT yaitu mempertahankan populasi hama dibawah kerusakan ekonomi sehingga produktivitas pertanian dapat diusahakan pada tingkat yang tinggi


2.     LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU

a.    Identifikasi dan analisis status hama yang harus dikelola
b.    Mempelajari anasir dan saling tindak dalam ekosistem
  1. Penetapan dan pengembangan ambang ekonomi
  2. Pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama
  3. Pengembangan model deskriptif dan peramalan hama
  4. Pengembangan strategi pengelolaan hama
  5. Penyuluhan kepada petani agar menerima dan menerapkan PHT
  6. Pengembangan organisasi PHT

3.     EMPAT PRINSIP DASAR PENGENDALIAN HAMA TERPADU

a.    Budidaya Tanaman Sehat
b.    Melestarikan dan mendayagunakan fungsi musuh alami
c.    Pengamatan Mingguan
d.    Petani menjadi ahli PHT


4.     PENGERTIAN AMBANG EKONOMI (AE)

a.    Kerusakan Ekonomi (Economic Damage)
Tingkatan kerusakan yang membenarkan adanya pengeluaran biaya untuk pengendalian hama secara buatan seperti penggunaan pestisida.
b.    Aras Luka Ekonomi (Economic Injury Level)
Suatu kepadatan populasi hama yang terendah yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi. Aras ini dapat beragam dari satu daerah ke daerah lainnya, dan dari satu musim ke musim lainnya. Juga aras ini tergantung pada perubahan skala nilai sosial dan ekonomi masyarakat.
c.    Ambang Ekonomi (Economic Threshold)
Kepadatan populasi hama yang membutuhkan suatu tindakan pengendalian, untuk mencegah peningkatan populasi berikutnya yang dapat mencapai aras luka ekonomi. Ambang ekonomi lebih rendah daripada aras luka ekonomi agar memberikan waktu yang cukup guna memulai perlakuan pengendalian yang berhasil sebelum populasi hama mencapai aras luka ekonomi.
d.    Keseimbangan Umum (General Equilibrium)
Suatu kepadatan populasi hama rata-rata pada suatu tempat dalam kurun waktu yang panjang tanpa adanya perubahan cuaca yang lama dan tetap.
Langkah-langkah dalam penetapan nilai ambang ekonomi adalah sebagai berikut :
  • Menentukan hama utama
  • Menentukan kepadatan populasi hama
  • Menetapkan besarnya kerugian tanaman (bagian tanaman atau hasilnya)
  • Mencari hubungan antara kepadatan dan kerusakan
  • Memperkirakan kerusakan dalam nilai uang
  • Mencari hubungan antara populasi dengan nilai uang
  • Memperhitungkan biaya pengendalian per unit area (bahan, alat, tenaga)
  • Menetapkan kepadatan populasi hama (yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi) setara dengan biaya pengendalian, tingkat kepadatan yang diperoleh merupakan nilai ambang ekonomi.
Nilai ambang ekonomi merupakan patokan kepadatan populasi dalam monitoring mingguan, untuk mewaspadai perkembangan hama. Hal ini merupakan taktik ampuh untuk menghindari kerugian ekonomi karena perkembangan kepadatan populasi hama dapat dideteksi seawal mungkin. 


Sumber dari diklat pertanian berbasis ramah lingkungan



      Pusat Pelayanan Agens Hayati





               Bumi Lestari Ngawi

Ingin melengkapi artikel ini? Silahkan tulis di kolom komentar. Karena keterbatasan waktu online , jika ingin bertanya seputar pertanian silahkan langsung SMS aja ke 
(0351) 7381223 (SMS ONLY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar