Salam Pertanian......!!!!!
1.
PENGERTIAN,
TUJUAN DAN CIRI-CIRI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
- Pengertian Pengendalian Hama Terpadu
Terdapat empat
batasan/pengertian menyangkut pengendalian hama terpadu, yaitu :
1) Pengelolaan
Hama adalah pengelolaan protektif pada spesies-spesies yang merugikan dengan
melakukan evaluasi dan konsolidasi semua teknik pengendalian yang tersedia ke
dalam satu program yang terpadu, untuk mengelola populasi hama sedemikian rupa
sehingga kerusakan ekonomik dapat dihindari dan pengaruh samping bagi
lingkungan yang merugikan dapat ditekan seminimal mungkin.
2)
Pengelolaan
Hama adalah pemilihan secara cerdik dari penggunaan tindakan pengendalian hama yang dapat menjamin
hasil atau konsekuensi yang menguntungkan dilihat dari segi ekonomi, ekologi dan sosiologi.
3) Pengendalian
Hama Terpadu adalah pendekatan ekologik yang multidisiplin terhadap pengelolaan
populasi hama
yang memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompatibel dalam
satu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan.
Atau sebagai suatu strategi pengendalian hama dengan jalan memadukan
berbagai taktik pengendalian yang terpilih dan serasi dengan memperhatikan dari
segi ekonomi, social, toksikologi dan ekologi yang menitikberatkan faktor-faktor
mortalitas alami sehingga populasi hama tetap berada pada tingkat yang secara
ekonomi tidak merugikan.
4) Pengelolaan
Hama Terpadu adalah usaha untuk mengoptimalkan hasil pengendalaian hama secara ekonomik dan
ekologik. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan berbagai taktik secara
kompatibel agar tetap mempertahankan kerusakan hama di bawah aras kerusakan ekonomi dan
melindungi terhadap ancaman atau bahaya bagi manusia, binatang, tanaman dan
lingkungan.
Tujuan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah untuk menurunkan dan atau mempertahankan
populasi hama tetap dibawah ambang batas yang dapat menyebabkan kerusakan
secara ekonomis.
- Ciri-Ciri Pengendalian Hama Terpadu
Dari keempat batasan
diatas dapat dimengerti bahwa pengendalian hama
terpadu mempunyai beberapa cirri atau sifat dasar yang membedakan dengan
pengendalian hama
konvensional yang saat ini masih banyak dipraktekkan. Ciri-ciri pengendalian hama terpadu adalah :
1)
Tujuan
utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama, tetapi
pengendalian populasi hama agar tetap berada dibawah suatu tingkatan atau aras
yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomik.
2)
Dalam
melaksanakan pengendalian hama digunakan semua metode atau teknik pengendalian
yang dikenal. PHT tidak tergantung pada satu cara pengendalian tertentu seperti
penggunaan pestisida saja, tetapi semua teknik pengendalian dikombinasikan
secara terpadu dalam suatu kesatuan sistem pengelolaan.
3)
Dalam
mencapai sasaran utama PHT yaitu mempertahankan populasi hama dibawah kerusakan
ekonomi sehingga produktivitas pertanian dapat diusahakan pada tingkat yang
tinggi, maka perlu diperhatikan beberapa kendala, yaitu :
- Kendala
sosial ekonomi, yang berarti pelaksanaan PHT harus dapat didukung oleh
kelayakan sosial ekonomi masyarakat setempat.
- Kendala
ekologi, yang berarti bahwa dalam penerapan PHT harus secara ekologik dapat
dipertanggungjawabkan dan tidak menimbulkan kegoncangan dan kerusakan
lingkungan yang merugikan bagi binatang yang berguna, margasatwa, manusia dan
lingkungan pada umumnya baik pada saat ini maupun masa mendatang.
2.
LANGKAH-LANGKAH
PENGEMBANGAN PENGENDALIAN HAMA
TERPADU
Pengembangan sistem PHT
harus mempertimbangkan keadaan agroekosistem setempat, sehingga pengembangan
PHT pada suatu daerah akan berbeda dengan pengembangan di daerah lain. Sistem
PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem dan sosial ekonomi masyarakat
petani setempat, karena konsepsi PHT pada dasarnya merupakan penerapan
pendekatan ekologik dan ekonomik pengendalian hama. Langkah-langkah pokok
pengambangan PHT yang perlu dilaksanakan adalah :
a. Identifikasi
dan analisis status hama yang harus dikelola
Hama hama yang menyerang
pada suatu agroekosistem harus dikategorikan apakah termasuk hama-hama utama,
hama-hama kedua, hama-hama potensial, hama migran dan yang bukan hama. Dengan
mempelajari status hama dapat ditetapkan jenjang toleransi ekonomi untuk
masing-masing hama.
Hama Utama (main pests) adalah hama-hama yang selalu
menyerang pada suatu daerah dengan intensitas serangan yang berat, sehingga
selalu memerlukan usaha pengendalian. Tanpa pengendalian hama-hama tersebut
akan selalu berada diatas jenjang atau aras toleransi ekonomik. Biasanya hanya
ada satu atau dua hama utama pada suatu agroekosistem. Perhatian utama dari PHT
adalah terhadap hama utama tersebut.
Hama Kedua (occasional
pests) adalah
jenis-jenis hama yang relatif kurang penting, tetapi kadang-kadang populasinya
pada suatu waktu dapat meningkat melebihi aras toleransi ekonomiknya. Kelompok
hama ini seringkali peka terhadap perlakuan PHT yang dikenakan pada hama-hama
utama, karena itu perlu diawasi agar tidak menimbulkan terjadinya apa yang
disebut ledakan hama kedua.
Hama Potensial merupakan hama-hama yang pada keadaan normal
tidak membahayakan karena tidak menimbulkan kerusakan yang nyata. Tetapi ada
kemungkinan karena adanya perubahan ekosistem tertentu maka hama-hama potensial
tersebut dapat meningkat populasinya sehingga menjadi membahayakan.
Hama Migran merupakan hama yang bukan berasal dari
agroekosistem tetapi datang dari luar secara periodik yang mungkin dapat
mengakibatkan kerusakan ekonomik. Ulat grayak merupakan contoh yang khas hama
kelompok ini.
b. Mempelajari
anasir dan saling tindak dalam ekosistem
Anasir atau komponen pada
suatu unit ekosistem perlu dipelajari terutama yang berpengaruh terhadap hama-hama
utama. Ternasuk dalam studi ini adalah inventarisasi berbagai musuh alami yang
penting dan sampai berapa jauh peranan mereka sebagai pengendali alami.
Interaksi antar berbagai anasir biotik dan abiotik, dinamika populasi hama dan
musuh alaminya, studi fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hama dan
sebagainya merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk menetapkan strategi
pengendalian hama yang tepat.
c. Penetapan
dan pengembangan ambang ekonomi
Ambang ekonomi atau ambang
pengendalian atau ambang toleransi ekonomik merupakan ketetapan tentang
pengambilan keputusan kapan harus dilaksanakan penggunaan pestisida. Apabila
ternyata populasi atau kerusakan hama belum mencapai aras tersebut penggunaan
pestisida masih belum diperlukan.
Untuk menetapkan ambang ekonomi
dibutuhkan banyak informasi baik data biologi dan ekologi, serta ekonomi.
Penetapan kerusakan hasil dalam hubungannya dengan populasi hama merupakan
bagian yang penting dalam pengembangan ambang ekonomi, demikian juga analisis
biaya/manfaat pengendalian sangat diperlukan.
d. Pengembangan
sistem pengamatan dan monitoring hama
Untuk mengetahui letak dan
keadaan suatu jenis hama pada suatu waktu dan tempat terhadap AE hama tersebut,
dibutuhkan program pengamatan/monitoring hama yang rutin dan terorganisasikan
dengan baik. Jaringan dan organisasi monitoring yang merupakan salah satu
bagian organisasi PHT harus dikembangkan agar dapat menjamin ketepatan dan
kecepatan arus informasi dari lapangan ke pihak pengambil keputusan
pengendalian hama dan sebaliknya.
e. Pengembangan
model deskriptif dan peramalan hama
Apabila telah diketahui
gejolak populasi hama dan hubungannya dengan komponen-komponen ekosistem
lainnya, dapat dikembangkan model kuantitatif yang dinamik dan yang mampu
meramalkan gejolak populasi dan kerusakan dengan tingkatan probabilitas
tertentu.
f. Pengembangan
strategi pengelolaan hama
Strategi dasar PHT
dikembangkan melalui taktik sebagai berikut :
1)
Pemanfaatan
pengendali hayati yang asli di tempat tersebut.
2)
Pengelolaan
lingkungan dengan cara bercocok tanam.
3)
Penggunaan
pestisida secara terpilih/ selektif.
g. Penyuluhan
kepada petani agar menerima dan menerapkan PHT
h.
Pengembangan organisasi PHT
3. EMPAT PRINSIP DASAR PENGENDALIAN HAMA TERPADU
a. Budidaya
Tanaman Sehat
Menciptakan tanaman yang
tumbuh sehat dan kuat merupakan bagian penting dalam program PHT. Tanaman yang
sehat akan lebih tahan terhadap serangan hama, dan bila terjadi kerusakan akan
lebih mampu mengatasinya, misalnya dengan membentuk daun-daun baru, tunas baru,
anakan baru dan lain-lain, sehingga tanaman akan tetap tumbuh normal dengan
produktivitas tinggi.
Tanaman sehat dengan
produktivitas tinggi dapat diperoleh dengan jalan meningkatkan teknik budidaya
yang baik, dengan cara-cara sebagai berikut :
1)
Pengolahan
tanah yang baik
2)
Pemilihan
benih/bibit yang unggul
3)
Pengairan
yang teratur
4)
Pemupukan
berimbang/proporsional sesuai kebutuhan tanaman
5)
Pengendalian
gulma
b. Melestarikan
dan mendayagunakan fungsi musuh alami
Musuh alami merupakan
komponen ekosistem yang amat menentukan keseimbangan populasi hama. Pada
kondisi lingkungan yang baik, musuh alami dapat berperan aktif dalam menekan
perkembangan populasi hama. Dilain pihak, aktivitas musuh alami tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, konsep PHT
lebih menitikberatkan pendayagunaan musuh alami. Untuk hal tersebut, perlu
terus berupaya menemukan, mengenali, dan mengamati musuh alami yang ada dilahan
serta berusaha memelihara keseimbangan lingkungan pertanaman agar populasi
musuh alami dapat terus berkembang. Juga perlu dihindari penggunaan pestisida
yang dapat membunuh musuh alami. Upaya mendayagunakan dan memperkuat musuh
alami, berarti frekuensi penyemprotan bisa ditekan serendah mungkin, penggunaan
pestisida lebih hemat, keuntungan ekonomi lebih tinggi, kelestarian lingkungan
terjaga dan kesehatan pengelola terjamin.
c. Pengamatan
Mingguan
Hama yang ada pada
pertanaman tidak timbul begitu saja, melainkan karena adanya
perubahan-perubahan pada ekosistem pertanian (agroekosistem) yang terjadi
akibat perubahan cuaca, perubahan populasi musuh alami, dan perubahan yang
diakibatkan oleh kegiatan budidaya tanaman.
Perubahan-perubahan
tersebut harus terus dipantau melalui kegiatan pengamatan. Pengamatan perlu
dilakukan seminggu sekali agar tidak terlambat mengambil keputusan
pengendalian. Petani harus terampil memantau lahannya sendiri, menganalisis
kondisi lingkungan yang ada, membuat keputusan yang bijaksana, mengambil
tindakan pengendalian hama yang tepat, praktis, dan menguntungkan.
d. Petani
menjadi ahli PHT
Petani adalah penanggung
jawab, pengelola, dan penentu keputusan di lahan sawahnya sendiri, sedangkan
petugas dan pihak lain berperan sebagai narasumber, pemberi informasi, dan
pemandu petani bila diperlukan. Berdasarkan hal tersebut, petani harus mandiri,
percaya diri, mampu untuk menerapkan prinsip-prinsip teknologi PHT dilahannya
sendiri. Sebagai ahli PHT, petani harus mampu menjadi pengamat, penganalisis
ekosistem, pengambil keputusan pengendalian, dan pelaksana teknologi
pengendalian yang sesuai dengan prinsip PHT. Keahlian ini bisa diperoleh dari
latihan di Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dan pengalaman
lanjutan dari hasil penerapan PHT di lapangan.
Hal yang penting
diperhatikan dalam penerapan PHT adalah mempelajari ekosistem pertanian,
menetapkan ambang ekonomi (AE), waktu, dan cara PHT.
4. PENGERTIAN AMBANG EKONOMI (AE)
Berikut ini beberapa
istilah dalam pengendalian hama terpadu :
a. Kerusakan
Ekonomi (Economic Damage)
Tingkatan kerusakan yang
membenarkan adanya pengeluaran biaya untuk pengendalian hama secara buatan
seperti penggunaan pestisida.
b. Aras
Luka Ekonomi (Economic Injury Level)
Suatu kepadatan populasi
hama yang terendah yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi. Aras ini dapat
beragam dari satu daerah ke daerah lainnya, dan dari satu musim ke musim lainnya.
Juga aras ini tergantung pada perubahan skala nilai sosial dan ekonomi
masyarakat.
c. Ambang
Ekonomi (Economic Threshold)
Kepadatan populasi hama
yang membutuhkan suatu tindakan pengendalian, untuk mencegah peningkatan
populasi berikutnya yang dapat mencapai aras luka ekonomi. Ambang ekonomi lebih
rendah daripada aras luka ekonomi agar memberikan waktu yang cukup guna memulai
perlakuan pengendalian yang berhasil sebelum populasi hama mencapai aras luka
ekonomi.
d. Keseimbangan
Umum (General Equilibrium)
Suatu kepadatan populasi
hama rata-rata pada suatu tempat dalam kurun waktu yang panjang tanpa adanya
perubahan cuaca yang lama dan tetap.
Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi nilai ambang ekonomi suatu hama, diantaranya adalah jenis tanaman,
jenis hama, agroekosistem, pandangan konsumen terhadap komoditas, waktu dan
lain-lain. Setiap hama memiliki perbedaan sifat, daya reproduksi, keinginan
terhadap kondisi lingkungan yang optimal, juga kesenangannya terhadap jenis
tanaman. Ada tanaman yang amat disukai, yang kurang disukai, ada pula jenis
tanaman yang sama sekali tidak disukai.
Usaha mengetahui nilai
ambang ekonomi suatu hama dapat ditempuh atas beberapa dasar sebagai berikut :
- Atas dasar pengalaman setempat yang diperoleh dalam jangka waktu lama, sehingga pengalaman tersebut dapat diyakini kebenarannya bahwa tingkat kepadatan populasi tertentu, bila tidak dikendalikan akan menimbulkan kerugian ekonomi.
- Atas dasar ketetapan di daerah atau negara lain, jika memang nilai ambang ekonomi untuk daerah tersebut belum ada.
- Atas dasar penelitian, nilai ambang ekonomi hasil penelitian ini dianggap paling baik karena didasarkan atas analisis faktor-faktor penentu daerah tersebut, yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Langkah-langkah dalam penetapan
nilai ambang ekonomi adalah sebagai berikut :
- Menentukan hama utama
- Menentukan kepadatan populasi hama
- Menetapkan besarnya kerugian tanaman (bagian tanaman atau hasilnya)
- Mencari hubungan antara kepadatan dan kerusakan
- Memperkirakan kerusakan dalam nilai uang
- Mencari hubungan antara populasi dengan nilai uang
- Memperhitungkan biaya pengendalian per unit area (bahan, alat, tenaga)
- Menetapkan kepadatan populasi hama (yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi) setara dengan biaya pengendalian, tingkat kepadatan yang diperoleh merupakan nilai ambang ekonomi.
Nilai ambang ekonomi
merupakan patokan kepadatan populasi dalam monitoring mingguan, untuk
mewaspadai perkembangan hama. Hal ini merupakan taktik ampuh untuk menghindari
kerugian ekonomi karena perkembangan kepadatan populasi hama dapat dideteksi
seawal mungkin.
5.
PERPADUAN
KOMPONEN TAKTIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU
No.
|
Jenis Hama
|
Tanaman Inang
|
Nilai AE
|
Komponen PHT
|
1.
|
Tikus
|
Padi
|
5 % sampel tanaman muda (sebelum bun-ting)
terpotong
|
1. Pelaksanaan teknik
budidaya yang baik
2. Sanitasi lingkungan
3. Tanam serempak
4. Pemanfaatan predator
5. Pemasangan umpan
beracun
6. Pengemposan
|
2.
|
Wereng cokelat
|
Padi
|
a.
1 ekor imago/tunas di petak sampel
b.
10 ekor nimfa/rum-pun
c.
5 ekor imago/ rum-pun pada stadia vegetatif
d.
10 ekor imago/ rumpun pada sta-dia generatif
|
1.
Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
2.
Pemilihan varietas resisten
3.
Tanam serentak
4.
Pergiliran tanaman
5.
Pengamatan kepadatan populasi
6.
Penyemprotan dengan insektisida selektif
7.
Eradikasi tanaman yang terserang berat
|
3.
|
Ulat Daun
|
Kubis
|
a.
1 larva/10 tana-man sampel
b.
40% intensitas serangan
|
1.
Pelaksanaan teknik budidaya yang baik
2.
Penentuan waktu tanam yang tepat
3.
Tumpang sari dengan tomat, jagung dan bawang
4.
Rotasi dengan tanaman yang tidak satu famili
5.
Pemanfaatan musuh alami
6.
Penggunaan insekti-sida mikrobia
|
4.
|
Penggerek batang
|
Padi
|
a.
1 klp telur/m2 pd stadia vegetatif di petak sampel
b.
5% - 10% tunas mati (sundep)
c.
2 ekor ngengat/m2
d.
5 masa telur/100 m2 pd persemaian
|
1. Pelaksanaan teknik
budidaya yang baik
2. Pemilihan varietas
resisten
3. Tanam serentak
4. Pergiliran tanaman
5. Pengamatan
kepadatan populasi
6. Pemanfaatan
parasitoid
7. Penyemprotan dengan
insektisida selektif
|
5.
|
Walang sangit
|
Padi
|
2 ekor/m2 pada stadia masak susu di petak
sampel
|
1. Pelaksanaan teknik
budidaya yang baik
2. Pemilihan varietas
resisten
3. Tanam serentak
4. Pergiliran tanaman
5. Pengamatan
kepadatan populasi
6. Pemanfaatan musuh
alami
7. Penyemprotan dengan
insektisida selektif
|
6.
|
Penggerek polong
|
Kedelai
|
2% intensitas serang-an
|
1. Pelaksanaan teknik
budidaya yang baik
2. Pemilihan varietas
resisten
3. Tanam serentak
4. Pergiliran tanaman
5. Pengamatan
kepadatan populasi
6. Pemanfaatan musuh
alami
7. Penyemprotan dengan
insektisida selektif
|
RANGKUMAN
1.
PENGERTIAN
DAN CIRI-CIRI PENGENDALIAN HAMA
TERPADU (PHT)
a.
Pengelolaan
Hama adalah pengelolaan protektif pada spesies-spesies yang merugikan dengan melakukan
evaluasi dan konsolidasi semua teknik pengendalian yang tersedia ke dalam satu
program yang terpadu, untuk mengelola populasi hama sedemikian rupa sehingga
kerusakan ekonomik dapat dihindari dan pengaruh samping bagi lingkungan yang
merugikan dapat ditekan seminimal mungkin.
b.
Pengelolaan
Hama adalah pemilihan secara cerdik dari penggunaan tindakan pengendalian hama
yang dapat menjamin hasil atau konsekuensi yang menguntungkan dilihat dari
segi ekonomi, ekologi dan sosiologi.
c.
Pengendalian
Hama Terpadu adalah pendekatan ekologik yang multidisiplin terhadap pengelolaan
populasi hama yang memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara
kompatibel dalam satu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan.
d.
Pengelolaan
Hama Terpadu adalah usaha untuk mengoptimalkan hasil pengendalaian hama secara
ekonomik dan ekologik.
Ciri-Ciri
Pengendalian Hama Terpadu
1.
Tujuan
utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama, tetapi
pengendalian populasi hama agar tetap berada dibawah suatu tingkatan atau aras
yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomik.
2.
Dalam
melaksanakan pengendalian hama digunakan semua metode atau teknik pengendalian
yang dikenal.
3.
Dalam
mencapai sasaran utama PHT yaitu mempertahankan populasi hama dibawah kerusakan
ekonomi sehingga produktivitas pertanian dapat diusahakan pada tingkat yang
tinggi
2.
LANGKAH-LANGKAH
PENGEMBANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
a.
Identifikasi
dan analisis status hama yang harus dikelola
b.
Mempelajari
anasir dan saling tindak dalam ekosistem
- Penetapan dan pengembangan ambang ekonomi
- Pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama
- Pengembangan model deskriptif dan peramalan hama
- Pengembangan strategi pengelolaan hama
- Penyuluhan kepada petani agar menerima dan menerapkan PHT
- Pengembangan organisasi PHT
3.
EMPAT
PRINSIP DASAR PENGENDALIAN HAMA TERPADU
a.
Budidaya
Tanaman Sehat
b.
Melestarikan
dan mendayagunakan fungsi musuh alami
c.
Pengamatan
Mingguan
d.
Petani
menjadi ahli PHT
4.
PENGERTIAN
AMBANG EKONOMI (AE)
a. Kerusakan
Ekonomi (Economic Damage)
Tingkatan kerusakan yang
membenarkan adanya pengeluaran biaya untuk pengendalian hama secara buatan
seperti penggunaan pestisida.
b. Aras
Luka Ekonomi (Economic Injury Level)
Suatu kepadatan populasi
hama yang terendah yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi. Aras ini dapat
beragam dari satu daerah ke daerah lainnya, dan dari satu musim ke musim
lainnya. Juga aras ini tergantung pada perubahan skala nilai sosial dan ekonomi
masyarakat.
c. Ambang
Ekonomi (Economic Threshold)
Kepadatan populasi hama
yang membutuhkan suatu tindakan pengendalian, untuk mencegah peningkatan
populasi berikutnya yang dapat mencapai aras luka ekonomi. Ambang ekonomi lebih
rendah daripada aras luka ekonomi agar memberikan waktu yang cukup guna memulai
perlakuan pengendalian yang berhasil sebelum populasi hama mencapai aras luka
ekonomi.
d. Keseimbangan
Umum (General Equilibrium)
Suatu kepadatan populasi
hama rata-rata pada suatu tempat dalam kurun waktu yang panjang tanpa adanya
perubahan cuaca yang lama dan tetap.
Langkah-langkah dalam
penetapan nilai ambang ekonomi adalah sebagai berikut :
- Menentukan hama utama
- Menentukan kepadatan populasi hama
- Menetapkan besarnya kerugian tanaman (bagian tanaman atau hasilnya)
- Mencari hubungan antara kepadatan dan kerusakan
- Memperkirakan kerusakan dalam nilai uang
- Mencari hubungan antara populasi dengan nilai uang
- Memperhitungkan biaya pengendalian per unit area (bahan, alat, tenaga)
- Menetapkan kepadatan populasi hama (yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi) setara dengan biaya pengendalian, tingkat kepadatan yang diperoleh merupakan nilai ambang ekonomi.
Nilai ambang ekonomi
merupakan patokan kepadatan populasi dalam monitoring mingguan, untuk
mewaspadai perkembangan hama. Hal ini merupakan taktik ampuh untuk menghindari
kerugian ekonomi karena perkembangan kepadatan populasi hama dapat dideteksi
seawal mungkin.
Sumber dari diklat pertanian berbasis ramah lingkungan
Pusat Pelayanan Agens Hayati
Bumi
Lestari Ngawi
Ingin melengkapi artikel ini? Silahkan tulis di kolom
komentar. Karena keterbatasan waktu online , jika ingin bertanya seputar
pertanian silahkan langsung SMS aja ke
(0351) 7381223 (SMS ONLY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar