Salam Pertanian......!!!!
IDENTIFIKASI MIKROORGANISME
(AGENS) ANTAGONIS
A.
Cendawan Trichoderma sp.
Pada
media buatan, cendawan ini membentuk koloni berwarna putih, kekuningan atau
hijau. Ciri mikroskopik dari cendawan ini adalah percabangan konidiofornya
banyak, hifa dan konidiofornya hialin, pada ujung konidiofor tumbuh sel-sel yang
menyerupai botol (fialid), fialidnya
tunggal atau membentuk kumpulan, konidianya bersel tunggal, hialin dan
berbentuk ovoid (gambar 1).
Karakteristik ini sesuai dengan karakteristik Trichoderma sp. Yang dikemukakan oleh Barnet (1960).
Ciri-ciri
Trichoderma sp secara umum adalah
hifa bersekat, konidiofor berbentuk salib, konidia lonjong atau bulat telur dan
warna koloni adalah hijau gelap.
Sifat-sifat
dari cendawan Trichoderma sp adalah :
1)
Dapat
ditemukan pada berbagai tempat
2)
Mudah
diisolasi dan dibiakkan
3)
Cepat
tumbuh pada berbagai substrat
4)
Spektrumnya
luas
5)
Mempunyai
daya kompetitif
6)
Mampu
memproduksi antibiotic/gliotoksin/viridian
7)
Koloni
warna hijau gelap
8)
Bersifat
saprofit tanah dan menjadi parasit patogen
Gambar 1. Penampakan
koloni umur 7 hari pada media PDA dan
mikroskopik
cendawan Trichoderma sp.
B.
Cendawan Gliocladium sp.
Koloni
cendawan ini berwarna hijau lumut dengan pertumbuhan cepat, merata dan menyebar
pada permukaan media PDA. Genus cendawan ini memiliki konidiofor lurus dan
bercabang-cabang pada ujungnya. Percabangan hifanya kompak dan membentuk
struktur penicilliate. Konidianya berbentuk bulat, hialin dan membentuk suatu
kumpulan spora yang diselimuti lender (gambar 2). Karakteristik ini sesuai
dengan karakteristik Gliocladium sp
yang dikemukakan oleh Barnet (1960). Menurut Domsch, Gams dan Anderson (1980), karakteristik Gliocladium sp ialah konidiofornya
berbentuk kuas padat (penicillate),
konidia bersel satu, hialin atau terpigmen cerah berdinding halus. Disamping
konidiofornya berbentuk kuas, ada juga konidiofor terpusat sederhana (verticillate).
Ciri-ciri
Gliocladium sp secara umum adalah
hifa bersekat, konidiofor berbentuk ramping bercabang, konidia lonjong atau
bulat telur dan warna koloni adalah hijau muda/lumut.
Sifat-sifat
dari cendawan Gliocladium sp adalah :
1.
Mampu
bertahan lama dalam tanah (soil inhabitor)
2.
Mampu
menguraikan sisa tanaman dan mampu mengubah sifat tanah, sehingga jadi unsur
yang tersedia
3.
Mampu
meningkatkan produksi tanaman
4.
Mampu
memproduksi antibiotic/gliotoksin/viridin
5.
Koloni
warna hijau lumut
6.
Bersifat
saprofit tanah dan menjadi parasit patogen
Gambar 2. Penampakan
koloni umur 7 hari pada media PDA dan
mikroskopik
cendawan Glicladium sp.
C.
Cendawan Aspergillus sp.
Genus
cendawan ini memiliki konidiofor tegak lurus, sederhana dan pada ujungnya
berbentuk bulat (globose) atau clavate. Pada ujung konidiofor berbentuk
fialid yang merupakan tempat tumbuh konidia. Konidia berbentuk bulat dan
dihasilkan secara basipetal (gambar 3). Karakteristik ini sesuai dengan
karakteristik Aspergillus sp yang
dikemukan oleh Barnet (1960). Karakteristik lain dari cendawan ini yang
dikemukakan oleh Domsch, Gams dan Anderson
(1980) ialah adanya konidiofor yang kaku pada bagian ujungnya biasanya ditutupi
oleh lapisan palisade seperti selaput dari fialid yang disebut sterigmata atau ditutupi oleh selaput
sel-sel subtending (metule). Metule
dan fialid menghasilkan rantai konidia secara basipetal.
Gambar 3. Penampakan
koloni umur 7 hari pada media PDA dan
mikroskopik
cendawan Aspergillus sp.
D.
Cendawan Penicellium sp.
Genus
cendawan ini memiliki konidiofor yang dibentuk pada miselium tunggal,
pembentukan konidia secara apparatus, diujung fialid terdapat konidia yang
tersusun seperti rantai, konidia hialin atau berwarna mengkilat, konidia
berbentuk globose atau ovoid dan dihasilkan secara basipetal.
Karakteristik ini sesuai dengan karakteristik Penicellium sp yang dikemukakan oleh Barnet (1960). Karakteristik lain dari cendawan ini menurut
Domsch, Gams dan Anderson
(1980), yaitu konidiofornya berbentuk penicilliate, percabangan utamanya
merupakan fialid berbentuk verticilliate yang sering disebut sterigmata dan fialid menghasilkan
rantai konidia secara basipetal.
E.
Bakteri Pseudomonas fluorecens.
Pada
media Kings B agar dimana kandungan ion besinya rendah, spesies-spesies bakteri Pseudomonas spp. kelompok fluorecens mampu menghasilkan pigmen fluorecens
berwarna hijau terang atau hijau kebiruan. Pigmen-pigmen tersebut biasanya
dikeluarkan oleh spesies-spesies bakteri penghasil antibiotic (Anas, 1989).
Koloni berbentuk bulat, bertepi rata dan berpendar kuning kehijauan setelah 24
jam diinkubasikan pada suhu kamar. Pigmen fluorecens merupakan salah satu
variable yang membedakan bakteri Pseudomonas
fluorecens dengan bakteri lain. Dengan pengecatan negative menunjukkan
bakteri berbentuk batang dan gram negative dengan ukuran 0,7 – 0,9 X 1,6 – 2,4
µm. Berdasarkan pengujian terhadap pewarmaan flagel yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa sel-sel bakteri mempunyai flagel polar.
Sifat-sifat
dari bakteri Pseudomonas fluorecens
adalah :
1.
Mampu
menghasilkan antibiotic dan siderofor
2.
Mampu
mengkoloni akar dengan dominasi yang tinggi
3.
Menghasilkan
enzim khitinase
4.
Cepat
berkembang dan membutuhkan nutrient sederhana.
5.
Mempunyai
kemampuan metabolisme bahan organic pada kisaran yang luas
6.
Dapat
memacu auksin, giberilin dan vitamin
7.
Bersifat
pengimbas ketahanan dengan akumulasi protein, terpenoid, fitoaleksin dan fenol.
Gambar 4. Penampakan koloni Penicellium sp dan Pseudomonas
fluorecens
pada media PDA ( A = koloni Penicellium
sp
dan B = koloni Pseudomonas fluorecens).
MEKANISME
PENGENDALIAN HAYATI DENGAN
AGENS
ANTAGONIS
A.
ANTAGONISME
Penggunaan
mikrobia sebagai agens antagonis terhadap pathogen tumbuhan sudah mulai
dikembangkan baik dari golongan bakteri, jamur, virus dan nematode. Antagonis
adalah mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap
mikroorganisme lain (misalnya pada patogen sasaran) yang tumbuh dan berasosiasi
dengannya.
Mikrobia
yang banyak digunakan untuk menekan pathogen adalah dari golongan jamur dan
bakteri. Beberapa jamur yang menjadi antagonis adalah Trichoderma spp, Gliocladium
spp, Aspergillus sp, dan Penicellium sp. Sedangkan dari golongan
bakteri adalah Pseudomonas fluorecens,
Bacillus spp, Agrobacterium spp dan Streptomyces
sp.
Mikroba
tersebut mempunyai mekanisme antagonisme yang khusus, baik antar genus, antar
spesies dan antar strain, melalui :
1.
Kompetisi
Yaitu
kompetisi nutrisi atau yang lain dalam jumlah yang terbatas tetapi diperlukan
oleh patogen. Agens antagonis sebagai kompetitor dapat memanfaatkan nutrisi
yang ada lebih cepat, sehingga dapat berkembang lebih cepat sehingga nutrisi
kurang tersedia bagi pathogen.
Jamur Trichoderma spp mempunyai kemampuan
berkembang lebih cepat, baik secara in vitro maupun in vivo, sehingga patogen
akan terhambat perkembangannya.
2.
Antibiosis
Yaitu sebagai hasil dari
pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya
bagi patogen.
Agens
antagonis seperti Trichoderma harzianum,
Gliocladium roseum, Penicellium sp dan beberapa golongan
bakteri dapat mengeluarkan senyawa antibiotik ke lingkungannya.
Adanya
senyawa antibiotik ini dapat menyebabkan endolisis
yaitu rusaknya sitoplasma patogen karena aktifnya enzim tertentu dari sel itu
sendiri dan rusaknya nutrisi tertentu di dalam sitoplasma.
3.
Mikoparasit
Yaitu
bentuk lain dari eksploitasi langsung terhadap patogen oleh mikroorganisme yang
lain.
Jamur
yang sudah dikenal mempunyai mekanisme mikoparasit adalah dari golongan
Trichoderma dan Gliocladium. T. Koningii
akan membelit keseluruhan hifa dari Rhizoctonia
microporus sehingga penetrasi dari miselia patogen tidak terjadi dan T. Koningii tersebut akan tumbuh di
daerah pertumbuhan hifa inang patogen tersebut.
B.
KETAHANAN TERIMBAS (INDUCED
RESISTANCE)
Ketahanan terimbas adalah ketahanan yang bekembang
setelah tanaman yang bersifat rentan berinteraksi dengan bahan pengimbas.
Adapun
bahan pengimbas yang disebut sebagai elisitor atau inducer berupa jasad non
patogenik, patogen avirulen atau berupa bahan kimia. Pengimbas yang berupa
senyawa kimia sebaiknya dihindari karena sebagian besar berupa fungisida
sistemik.
Mekanisme
tanggapan tanaman yang terkait dengan pengimbasan ketahanan adalah perubahan
struktural tanaman inang, pembentukan senyawa antifungal, pembentukan protein
pertahanan, pembentukan enzim khitinase, lignifikasi dan reaksi hipersentitif.
Pseudomonas fluorecens adalah rhizobakteri yang mampu
mengimbas ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium dan layu bakteri.
Perbanyakan rhizobakteri tersebut adalah hal yang penting untuk produksi secara
massal. Tapi jenis bakteri ini masih sulit untuk diformulasi karena tidak tahan
kekeringan, sehingga perlu diformulasi secara basah yang lebih sulit untuk
didistribusikan dibandingkan dengan formulasi kering.
C.
PROTEKSI SILANG (CROSS PROTECTION)
Tanaman
yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah hanya sedikit mengalami
kerusakan, tetapi akan terlindung dari infeksi strain yang kuat. Strain yang
dilemahkan antara lain dapat dibuat dengan pemanasan in vivo, pendinginan in
vivo dan dengan asam nitrit. Proteksi silang sudah banyak dilakukan di banyak
negara, antara lain Taiwan dan Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar