Salam Pertanian....!!!!!
1. PENGENDALIAN ORGANISME
PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)
Perlindungan tanaman pada hakekatnya
adalah suatu rangkaian untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang
diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan melalui upaya pencegahan
masuknya OPT, pengendalian OPT dan eradikasi OPT.
Tindakan pengendalian dalam rangka
pencegahan maupun penanggulangan OPT dilaksanakan dengan cara cara fisik,
mekanik, budidaya, biologi genetik, kimiawi dan cara lain yang sesuai dengan
perkembangan teknologi.
Dari berbagai tindakan pengendalian
OPT diatas, salah satu cara pengendalian yang dipandang mempunyai prospek untuk
dikembangkan adalah cara pengendalian hayati (biologi) dengan menggunakan musuh
alami (agens hayati).
Pengendalian hayati (biological control) adalah taktik
pengendalian yang alamiah, karena menggunakan factor pengendali yang sudah ada
di alam. Namun perlu dibedakan dengan pengendalian alami (natural control)
yaitu merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan
yang dilakukan oleh manusia, dengan kata lain terjadinya tidak hanya oleh
karena bekerjanya musuh alami saja, tetapi juga oleh komponen ekosistem lainnya
seperti makanan dan cuaca. Sedangkan pengendalian hayati merupakan taktik
pengelolaan hama yang kita lakukan secara
sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau
mengendalikan populasi hama
dan penyebab penyakit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penerapan pengendalian hayati adalah :
A. Teknik Pengendalian
Hayati
Secara garis besar ada dua prinsip pengendalian hayati,
yaitu :
1.
Introduksi (mendatangkan/mengimpor) musuh-musuh alami dari luar negeri / daerah
lain untuk dilepaskan di daerah baru. Introduksi dapat ditempuh apabila hama yang menyerang suatu tanaman pada umumnya menimbulkan eksplosi dan
diketahui hama tersebut bukan merupakan hama asli daerah tersebut.
Contoh : impor predator Curinus coeroleus
dari Hawai untuk mengendalikan kutu loncat lamtoro.
2.
Meningkatkan efektivitas
musuh-musuh alami yang telah ada di daerah wabah, dengan teknik sebagai berikut
:
- Konservasi
Yaitu suatu tindakan melestarikan musuh alami yang sudah
ada di daerah wabah, dengan cara mengatur ekosistem, perbaikan teknik bercocok
tanam dan penggunaan pestisida kimia yang sekecil mungkin mengganggu atau
mematikan musuh alami.
- Augmentasi
Yaitu suatu tindakan memperbanyak musuh alami dan untuk
selanjutnya dilepaskan secara berkala dengan maksud untuk meningkatkan
peranannya dalam menekan populasi hama
dan penyebab penyakit. Termasuk dalam pengertian ini adalah :
- Inokulasi : adalah pelepasan musuh
alami dalam jumlah relative sedikit denga harapan pada generasi selanjutnya
akan menekan populasi hama
dan penyebab penyakit serta musuh alami tersebut relative menetap lebih lama.
-
Inundasi : adalah pelepasan musuh alami dalam jumlah besar
dengan tujuan secara cepat dapat menekan populasi hama dan penyebab penyakit. Karena inundasi
lebih bersifat sesaat, maka pada satu musim tanam perlu dilakukan beberapa kali
pelepasan.
B. Pembiakan Massal Musuh
Alami
Dalam pengendalian hayati pada umumnya diperlukan
pembiakan massal dan untuk itu perlu diperhatikan :
1.
Penyediaan serangga inang dalam
jumlah yang cukup besar dan pada stadia yang sesuai. Dalam hal ini masalah yang
akan dihadapi adalah apabila inang yang bersangkutan sulit dibiakkan di
laboratorium karena sifatnya atau karena tanaman inangnya.
2.
Pengaturan fisik laboratorium,
agar sesuai dengan kehidupan inang dan musuh alaminya. Kesulitan dalam hal
populasi sering terjadi di laboratorium karena kondisi fisik yang tidak sesuai
(suhu, kelembaban, cahaya dan ruang). Untuk spesies yang monoparental yaitu berkembangbiak secara partenogenetik tidak begitu menjadi masalah, tetapi bagi parasit
yang bertipe biparental bila populasi
tidak normal, maka sebagian besar keturunannya adalah jantan.
2. PENGERTIAN DAN
JENIS-JENIS AGENS HAYATI
A. Pengertian Pengendalian
Hayati dan Musuh Alami
1)
Pengertian Pengendalian Hayati
Pengendalian Hayati adalah teknik pengendalian OPT
dengan melibatkan peranan musuh alami dari OPT tersebut. Pada pengendalaian ini
populasi OPT maupun populasi musuh alami baik berupa organisme vertebrate
(predator) maupun organisme invertebrate (pathogen, parasitoid dan agens
antagonis) diatur keberadaannya, sehingga kepadatan populasi OPT tersebut
berada dalam keseimbangan ekologis yang tidak menyebabkan kerusakan tanaman.
2)
Pengertian Musuh Alami
Musuh alami adalah setiap organisme yang dalam
kelangsungan hidupnya memangsa/menumpang pada tubuh organisme lain atau setiap
organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian
OPT. Musuh alami dapat berupa vertebrate (mamalia, aves, reptilia),
invertebrata (insekta, virus, ricketsia, mikoplasma) dan organisme lainnya.
B. Jenis-Jenis Musuh Alami/Agens
Hayati
Musuh alami dikelompokkan dalam :
1)
Parasit, yaitu organisme yang hidup diatas atau didalam organisme lain yang
lebih besar yang merupakan inangnya. Untuk dapat mencapai fase dewasa suatu
parasit hanya memerlukan satu inang.
2)
Predator, yaitu organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa
binatang lainnya. Predator umumnya mempunyai banyak jenis mangsa (polifag),
walaupun ada yang monofag atau oligofag. Untuk memenuhi perkembangannya seekor
predator memerlukan lebih dari seekor mangsa.
3)
Patogen, yaitu penyakit yang berupa
organisme jasad renik, dapat berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, ricketsia
dan nematode. OPT yang terserang pathogen menjadi terhambat pertumbuhan dan
pembiakannya bhakan mati karena kemampuan untuk membunuh serta kecepatan
berkembangbiaknya tinggi.
Secara umum Musuh Alami/Agens Hayati dapat digolongkan
sebagai berikut :
1)
Serangga Parasitoid
Sebagian besar jenis parasitoid tergolong dalam ordo
Hymenoptera dan dalam jumlah kecil Diptera. Serangga parasitoid mempunyai
perilaku mirip parasit. Berbeda dengan parasit, parasitoid mempunyai sifat
antara lain :
-
Perkembangan parasitoid dapat
mematikan inangnya.
-
Inangnya berada di dalam kelompok
taksonomi yang sama dengan parasitoidnya yaitu insekta.
-
Ukuran parasitoid relative
lebih kecil dibandingkan dengan inangnya.
-
Parasitoid hanya hidup sebagai
parasit pada stadia larva, inangnya hidup bebas.
-
Parasitoid tidak menunjukkan
sifat perpindahan inang (heterosisme)
-
Sebagai parameter dinamika
populasi, aktivitas parasitoid lebih mirip dengan predator daripada parasit
yang sesungguhnya.
Jenis parasitoid berdasarkan inangnya yaitu parasitoid
telur, parasitoid larva, parasitoid pupa dan parasitoid imago.
Contoh : Parasitoid telur Trichogramma spp.
2)
Serangga Predator
Serangga predator adalah spesies entomofagus yang selama
perkembangan hidupnya dari larva sampai menjadi imago, memangsa lebih dari satu
individu mangsa. Contoh : laba-laba, kumbang kubah, belalang sembah dan
sebagainya.
3)
Patogen Serangga Hama
Patogen serangga hama
adalah jasad renik (mikro organisme) yang menginfeksi serangga hama. Contoh : cendawan,
bakteri, virus, protozoa, mikoplasma dan nematoda.
4)
Hewan Vertebrata Pemangsa Hama
Vertebrata pemangsa hama
adalah organisme yang tubuhnya memiliki rangka sempurna atau bertulang belakang
yang hidupnya memangsa atau memakan hama.
Contoh : burung hantu, kucing, anjing dan sebagainya.
5)
Agens Antagonis Penyebab Penyakit Tanaman
Agens antagonis adalah mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan pathogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Antagonisme
berarti matinya, rusaknya atau terhambatnya pertumbuhan satu spesies
mikroorganisme lain. Dimana terdapat hubungan saling berlawanan, ada pihak yang
diuntungkan dan ada pihak yang dirugikan.
Contoh : Trichoderma
spp Vs Fusarium spp.
C. Ciri-Ciri Musuh Alami
sebagai Agens Hayati yang Baik dan Efektif
1)
Mempunyai daya cari, virulensi
dan infektivitas yang tinggi
2)
Mempunyai kekhususan inang
3)
Mempunyai potensi laju
peningkatan yang tinggi
4)
Mempunyai kemampuan beradaptasi
(menempati dan hidup) dengan baik pada semua nice inang (mampu beradaptasi pada kisaran luas kondisi iklim).
5)
Harus dapat dikembang-biakkan
dalam kondisi laboratorium.
2.PENGEMBANGAN
PENGENDALIAN HAYATI DENGAN MEMANFAAT-KAN
MUSUH ALAMI (AGENS HAYATI)
Selama beberapa tahun terakhir ini
pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami (agens hayati) mendapatkan
perhatian besar dan perbanyakannya telah dilakukan oleh Perguruan Tinggi, Balai
Penelitian, Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit maupun petani, bahkan
sebagian telah diproduksi secara komersial.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan agens
hayati untuk menunjang pengembangan dan pemanfaatannya dalam jumlah banyak dan
memenuhi syarat kualitas yang baik tanpa terkontaminasi, maka perlu
perbanyakan/ pengembangbiakan agens hayati secara missal dengan teknik-teknik
perbanyakan yang telah diterapkan melalui prosedur yang benar.
Dalam pengembangan agens hayati perlu ditempuh
langkah-langkah berikut :
a)
Eksplorasi, isolasi dan
identifikasi
b)
Uji efektivitas
c)
Uji keamanan
d)
Uji kestabilan
e)
Uji potensi produksi massal
f)
Formulasi agens antagonis yang
efisien dan efektif
g)
Uji kestabilan dalam bentuk
formulasi dan lama simpan
h)
Uji potensi pasar
i)
Evaluasi biaya produksi
j)
Analisis perolej enfestasi
k)
Pengujian lapangan
l)
Membuat hak paten
m)
Komersialisasi dan
pemasyarakatan produk (biopestisida)
3.
PROSPEK
PENGENDALIAN HAYATI
Pengendalian hayati dengan
memanfaatkan musuh alami yang telah tersedia di alam perlu mendapatkan perhatian.
Mengingat sesuai dengan konsepsi dasar pengendalian hama terpadu (PHT),
pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua usaha teknik
pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan
memperkuat berfungsinya musuh alami, sehingga populasi hama tetap berada di
bawah aras ekonomis Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain
terutama pestisida, pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan utama yaitu permanen,
aman dan ekonomis.
Permanen dikarenakan pengendalian hayati berhasil, musuh alami telah menjadi
lebih mapan dan selanjutnya secara alam musuh alami akan mampu menjaga populasi
hama dalam
keadaan yang seimbang dibawah aras ekonomik dalam jangka waktu yang panjang.
Aman dikarenakan pengendalian hayati tidak meiliki dampak samping
terhadap lingkungan terutama terhadap serangga atau organisme bukan sasaran,
karena musuh alami biasanya adalah khas inang.
Pengendalian hayati dikatakan ekonomis
dikarenakan begitu usaha tersebut berhasil, maka tidak diperlukan lagi tambahan
biaya khusus untuk pengendalian OPT dan hanya menghindari tindakan-tindakan
yang merugikan perkembangan musuh alami.
Dengan memperhatikan kelebihan
tersebut, maka pengendalian hayati mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan dalam menanggulangi OPT. Dengan diterapkannya pengendalian hayati
diharapkan akan diperoleh produk pertanian yang aman bagi konsumen dalam
kaitannya dengan residu pestisida terutama produk yang berorientasi ekspor,
serta ramah lingkungan.
Namun demikian disamping mempunyai
kelebihan, pengendalian hayati juga memiiki kelemahan yaitu pengendalian
terhadap OPT berjalan lambat, hasilnya tidak dapat diramalkan, memerlukan waktu
untuk perbanyakan dan penggunaannya serta dibutuhkan pengawasan pakar dalam
bidangnya. Untuk itulah dalam penerapan pengendalian hayati harus selalu
dikawal dengan teknologi aplikasi yang tepat agar keberhasilannya dapat
terlihat dengan nyata, serta memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan
efektivitas musuh alami.
RANGKUMAN
Pengendalian hayati (biological control) adalah taktik
pengendalian yang alamiah, karena menggunakan factor pengendali yang sudah ada
di alam. Namun perlu dibedakan dengan pengendalian alami (natural control)
yaitu merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan
yang dilakukan oleh manusia, dengan kata lain terjadinya tidak hanya oleh
karena bekerjanya musuh alami saja, tetapi juga oleh komponen ekosistem lainnya
seperti makanan dan cuaca. Sedangkan pengendalian hayati merupakan taktik
pengelolaan hama yang kita lakukan secara
sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau
mengendalikan populasi hama
dan penyebab penyakit.
Musuh alami dikelompokkan dalam :
1)
Parasit, yaitu organisme yang hidup diatas atau didalam organisme lain yang
lebih besar yang merupakan inangnya. Untuk dapat mencapai fase dewasa suatu
parasit hanya memerlukan satu inang.
2)
Predator, yaitu organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa
binatang lainnya. Predator umumnya mempunyai banyak jenis mangsa (polifag),
walaupun ada yang monofag atau oligofag. Untuk memenuhi perkembangannya seekor
predator memerlukan lebih dari seekor mangsa.
3)
Patogen, yaitu penyakit yang berupa
organisme jasad renik, dapat berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, ricketsia
dan nematode. OPT yang terserang pathogen menjadi terhambat pertumbuhan dan
pembiakannya bhakan mati karena kemampuan untuk membunuh serta kecepatan
berkembangbiaknya tinggi.
Ciri-Ciri Musuh Alami sebagai Agens
Hayati yang Baik dan Efektif
1)
Mempunyai daya cari, virulensi
dan infektivitas yang tinggi
2)
Mempunyai kekhususan inang
3)
Mempunyai potensi laju
peningkatan yang tinggi
4)
Mempunyai kemampuan beradaptasi
(menempati dan hidup) dengan baik pada semua nice inang (mampu beradaptasi pada kisaran luas kondisi iklim).
5)
Harus dapat dikembang-biakkan
dalam kondisi laboratorium.
Langkah-langkah dalam pengembangan
agens hayati :
1)
Eksplorasi, isolasi dan
identifikasi
2)
Uji efektivitas
3)
Uji keamanan
4)
Uji kestabilan
5)
Uji potensi produksi missal
6)
Formulasi agens antagonis yang
efisien dan efektif
7)
Uji kestabilan dalam bentuk
formulasi dan lama simpan
8)
Uji potensi pasar
9)
Evaluasi biaya produksi
10)
Analisis perolej enfestasi
11)
Pengujian lapangan
12)
Membuat hak paten
13)
Komersialisasi dan
pemasyarakatan produk (biopestisida)
Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain terutama
pestisida, pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan utama yaitu permanen,
aman dan ekonomis.
Pusat Pelayanan Agens Hayati
Bumi
Lestari Ngawi
Ingin melengkapi artikel ini? Silahkan tulis di kolom
komentar. Karena keterbatasan waktu online maspary, jika ingin bertanya seputar
pertanian silahkan langsung SMS aja ke (0351) 7381223 (SMS ONLY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar