Salam Pertanian.....!!!!
PENGENDALIAN
HAMA UTAMA PADI HIBRIDA
A.
TIKUS
SAWAH
1.
Kebijaksanaan pada prinsipnya adalah menerapkan konsepsi
PHT.
2. Operasional pengendalian : sanitasi lingkungan, fisik dan
mekanis, mengatur waktu tanam, pengendalian biologis, penggunaan bahan kimiawi.
B.
WERENG
BATANG COKELAT
1.
Pelestarian musuh alami : laba2, kepik mirid, anggang2,
kumbang karabid, kumbang coccinellid dan capung.
2.
Usahakan sedikit mungkin penggunaan pestisida yang
mengganggu habitat musuh alami apabila terpaksa menggunakan pestisida dengan
memperhatikan jenis yang tepat sesuai OPT sasaran, dosis, konsentrasi, cara dan
waktu aplikasi.
3.
Penggunaan varietas tahan yang berlabel.
C.
PENGGEREK
BATANG PADI KUNING
1. Pengaturan pola tanam : dilakukan penanaman serentak,
pergiliran tanaman, pengelompokan pesemaian dan pengaturan waktu tanam
2. Pengendalian cara fisik dan mekanik : yaitu dengan
penyabitan tanaman serendah mungkin dan cara mekanik dapat dilakukan dengan
mengumpulkan kelompok telur.
3. Pengendalian
hayati : pemanfaatan musuh alami dilakukan dengan jalan pengumpulan kelompok
telur dan pelepasan kembali parasitoid, dilakukan pengembangbiakan parasitoid
Trichogramma sp. Pada telur Corcyra
sp.
4. Penggunaan insektisida : apabila ditemukan klp. Telur
rata-rata > 1 klp. Telur atau intensitas serangan > 5%,
penggunaan insektisida butiran di pesemaian dengan dosis 5 kg/500 m persegi.
D.
LALAT
BIBIT/LALAT DAUN
1. Pengaturan
cara bercocok tanam dengan menunda waktu tanam yaitu beberapa minggu setelah
turun hujan pertama pada awal musim hujan.
2.
Sanitasi lingkungan terutama tanaman yang dapat menjadi
inang lalat bibit.
3.
Penggunaan insektisida yang diijinkan dengan perlakuan
benih (seed treatment).
E.
GANJUR
1.
Waktu
tanam : waktu tanam dilakukan lebih awal, yaitu 1,5 bulan sebelum puncak curah
hujan tertinggi, sehingga pada saat kelembaban tinggi, tanaman sudah mencapai
fase generatif.
2. Jarak tanam : jarak tanan yg terlalu rapat akan
menguntungkan bagi perkembangan hama ganjur, jarak tanam yg dianjurkan 20-25 cm
dan dengan jumlah bibit 2-3 bibit.
3.
Penyiangan : perlu dilakukan untuk menekan perkembangan
hama ganjur.
4. Penggunaan insektisida : penggunaan insektisida butiran
dengan dosis 0,5-1,0 kg bahan aktif apabila diketemukan puru > 10%,
dengan parasitasi 50% pada tanaman berumur < 40 hst.
F.
WERENG
HIJAU
1.
Pola tanam : pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
padi.
2. Penanaman
varietas tahan.
3. Sanitasi
terhadap tanaman inang.
G.
HAMA
PUTIH PALSU
1.
Pengaturan
air irigasi : cara pengendalian yang sederhana dng mengeringkan air pada
pesemaian dan persawahan yang terserang dlm waktu pendek (5-7 hari) untuk
mencegah perpindahan karva hanya bertahan hidup bila ada air.
2.
Penggunaan insektisida : mengingat hama putih palsu
menyerang tanaman muda, dan banyaknya parasitoid dan predator di lapangan
pengendalian dengan insektisida tidak dianjurkan, penyemprotan insektisida
efektif dan diijinkan apabila diketemukan intensitas serangan rata-rata >
25%.
H.
WALANG
SANGIT
1. Pola tanam : tanam serentak dalam hamparan sawah yang
cukup luas dengan perbedaan waktu tanam paling lama 2 minggu.
2. Sanitasi
: pembersihan tanaman inang.
3. Cara nekanik : pengumpulan serangan dengan menggunakan
alat perangkap, kemudian dimatikan.
4. Penggunaan insektisida : penyemprotan dengan insektisida
yang efektif dan diijinkan apabila ditemukan walang sangit rata-rata >
10 ekor / rumpun pada stadia setelah berbunga.
I.
ULAT
GRAYAK
1.
Persemaian jauh dari areal rerumputan.
2. Sanitasi
persemaian.
3. Penggenangan
persemaian.
4.
Persemaian yang sudah terserang sebaiknya digenangi air.
5.
Penyemprotan insektisida yang efektif dan diijinkan
apabila diketemukan ulat grayak rata-rata > 2 ekor / m persegi.
PENGENDALIAN
PENYAKIT PENTING PADI HIBRIDA
A.
HAWAR
DAUN BAKTERI (KRESEK)
- Tanam varietas tahan
- Gunakan benih yang sehat, unggul dan bersertifikat
- Hindari penggunaan pupuk N secara berlebihan
- Cegah kerusakan bibit pada waktu pemindahan
- Bersihkan singgang dan gulma yang bisa menjadi inang alternatif
B.
TUNGRO
- Tanam varietas yang tahan terhadap virus tungro atau penularnya
- Cabut dan musnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular ke tanaman sehat
- Pemberaan lahan atau rotasi dengan tanaman palawija
C.
BLAST
- Tanam varietas yang tahan
- Lakukan pemupukan yang proporsional dan hindari penggunaan N yang berlebihan
- Jarak tanam jangan terlalu rapat, sehingga kelembaban dalam pertanaman tidak terlalu tinggi
- Sanitasi lapangan dengan cara memusnahkan sisa tanaman dan inang lain yang berpenyakit
- Gunakan benih yang bebas penyakit
D.
BERCAK
DAUN COKELAT
- Tanam varietas yang tahan
- Gunakan benih yang sehat atau beri perlakuan fungisida atau air panas pada benih
- Penggunaan pupuk K yang cukup
- Sanitasi lapangan
- Pengolahan tanah yang cukup, pengairan dan drainase yang baik agar akar tumbuh dengan baik
- Penggunaan fungisida bila perlu, dilakukan pada masa anakan maksimum
E.
HAWAR
PELEPAH
- Jarak tanam jangan terlalu rapat
- Hindari pemupukan N secara berlebihan
- Semprotkan fungisida bila perlu pada masa pembentukan anakan maksimum
F.
BERCAK
DAUN SEMPIT
- Tanam varietas yang tahan
- Semprotkan fungisida bila perlu pada bagian daun
G.
NODA
PALSU
- Penggunaan varietas yang tahan
- Penyakit ini tidak terlalu merugikan karena luas dan intensitas serangannya umumnya rendah, sehingga tidak membutuhkan pengendalian yang intensif.
Sumber dari diklat pertanian berbasis ramah lingkungan
Pusat Pelayanan Agens Hayati
Bumi
Lestari Ngawi
Ingin melengkapi artikel ini? Silahkan tulis di kolom
komentar. Karena keterbatasan waktu online maspary, jika ingin bertanya seputar
pertanian silahkan langsung SMS aja
ke (0351) 7073165 (SMS ONLY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar