Selasa, 14 Agustus 2012

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PENYAKIT PADA PADI HIBRIDA SECARA TERPADU


Salam Pertanian.....!!!!
Agens Hayati Corinebakterium

PENGENDALIAN HAMA UTAMA PADI HIBRIDA

A.   TIKUS SAWAH
1.    Kebijaksanaan pada prinsipnya adalah menerapkan konsepsi PHT.
2. Operasional pengendalian : sanitasi lingkungan, fisik dan mekanis, mengatur waktu tanam, pengendalian biologis, penggunaan bahan kimiawi.

B.   WERENG BATANG COKELAT
1.    Pelestarian musuh alami : laba2, kepik mirid, anggang2, kumbang karabid, kumbang coccinellid dan capung.
2.    Usahakan sedikit mungkin penggunaan pestisida yang mengganggu habitat musuh alami apabila terpaksa menggunakan pestisida dengan memperhatikan jenis yang tepat sesuai OPT sasaran, dosis, konsentrasi, cara dan waktu aplikasi.
3.    Penggunaan varietas tahan yang berlabel.

C.   PENGGEREK BATANG PADI KUNING
1. Pengaturan pola tanam : dilakukan penanaman serentak, pergiliran tanaman, pengelompokan pesemaian dan pengaturan waktu tanam
2.  Pengendalian cara fisik dan mekanik : yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin dan cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur.
3.    Pengendalian hayati : pemanfaatan musuh alami dilakukan dengan jalan pengumpulan kelompok telur dan pelepasan kembali parasitoid, dilakukan pengembangbiakan parasitoid Trichogramma sp. Pada telur Corcyra sp.
4.  Penggunaan insektisida : apabila ditemukan klp. Telur rata-rata > 1 klp. Telur atau intensitas serangan > 5%, penggunaan insektisida butiran di pesemaian dengan dosis 5 kg/500 m persegi.

D.   LALAT BIBIT/LALAT DAUN
1.   Pengaturan cara bercocok tanam dengan menunda waktu tanam yaitu beberapa minggu setelah turun hujan pertama pada awal musim hujan.
2.    Sanitasi lingkungan terutama tanaman yang dapat menjadi inang lalat bibit.
3.    Penggunaan insektisida yang diijinkan dengan perlakuan benih (seed treatment).

E.   GANJUR
1.    Waktu tanam : waktu tanam dilakukan lebih awal, yaitu 1,5 bulan sebelum puncak curah hujan tertinggi, sehingga pada saat kelembaban tinggi, tanaman sudah mencapai fase generatif.
2.  Jarak tanam : jarak tanan yg terlalu rapat akan menguntungkan bagi perkembangan hama ganjur, jarak tanam yg dianjurkan 20-25 cm dan dengan jumlah bibit 2-3 bibit.
3.     Penyiangan : perlu dilakukan untuk menekan perkembangan hama ganjur.
4.  Penggunaan insektisida : penggunaan insektisida butiran dengan dosis 0,5-1,0 kg bahan aktif apabila diketemukan puru > 10%, dengan parasitasi 50% pada tanaman berumur < 40 hst.

F.    WERENG HIJAU
1.    Pola tanam : pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi.
2.    Penanaman varietas tahan.
3.    Sanitasi terhadap tanaman inang.

G.   HAMA PUTIH PALSU
1.    Pengaturan air irigasi : cara pengendalian yang sederhana dng mengeringkan air pada pesemaian dan persawahan yang terserang dlm waktu pendek (5-7 hari) untuk mencegah perpindahan karva hanya bertahan hidup bila ada air.
2.    Penggunaan insektisida : mengingat hama putih palsu menyerang tanaman muda, dan banyaknya parasitoid dan predator di lapangan pengendalian dengan insektisida tidak dianjurkan, penyemprotan insektisida efektif dan diijinkan apabila diketemukan intensitas serangan rata-rata > 25%.

H.   WALANG SANGIT
1. Pola tanam : tanam serentak dalam hamparan sawah yang cukup luas dengan perbedaan waktu tanam paling lama 2 minggu.
2.    Sanitasi : pembersihan tanaman inang.
3.   Cara nekanik : pengumpulan serangan dengan menggunakan alat perangkap, kemudian dimatikan.
4.  Penggunaan insektisida : penyemprotan dengan insektisida yang efektif dan diijinkan apabila ditemukan walang sangit rata-rata > 10 ekor / rumpun pada stadia setelah berbunga.

I.      ULAT GRAYAK
1.    Persemaian jauh dari areal rerumputan.
2.    Sanitasi persemaian.
3.    Penggenangan persemaian.
4.    Persemaian yang sudah terserang sebaiknya digenangi air.
5.    Penyemprotan insektisida yang efektif dan diijinkan apabila diketemukan ulat grayak rata-rata > 2 ekor / m persegi.
 
PENGENDALIAN PENYAKIT PENTING PADI HIBRIDA

A.   HAWAR DAUN BAKTERI (KRESEK)
  1. Tanam varietas tahan
  2. Gunakan benih yang sehat, unggul dan bersertifikat
  3. Hindari penggunaan pupuk N secara berlebihan
  4. Cegah kerusakan bibit pada waktu pemindahan
  5. Bersihkan singgang dan gulma yang bisa menjadi inang alternatif
B.   TUNGRO
  1. Tanam varietas yang tahan terhadap virus tungro atau penularnya
  2. Cabut dan musnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular ke  tanaman sehat
  3. Pemberaan lahan atau rotasi dengan tanaman palawija
C.   BLAST
  1. Tanam varietas yang tahan
  2. Lakukan pemupukan yang proporsional dan hindari penggunaan N yang berlebihan
  3. Jarak tanam jangan terlalu rapat, sehingga kelembaban dalam pertanaman tidak terlalu tinggi
  4. Sanitasi lapangan dengan cara memusnahkan sisa tanaman dan inang lain yang berpenyakit
  5. Gunakan benih yang bebas penyakit
D.   BERCAK DAUN COKELAT
  1. Tanam varietas yang tahan
  2. Gunakan benih yang sehat atau beri perlakuan fungisida atau air panas pada benih
  3. Penggunaan pupuk K yang cukup
  4. Sanitasi lapangan
  5. Pengolahan tanah yang cukup, pengairan dan drainase yang baik agar akar tumbuh dengan baik
  6. Penggunaan fungisida bila perlu, dilakukan pada masa anakan maksimum
E.   HAWAR PELEPAH
  1. Jarak tanam jangan terlalu rapat
  2. Hindari pemupukan N secara berlebihan
  3. Semprotkan fungisida bila perlu pada masa pembentukan anakan maksimum
F.    BERCAK DAUN SEMPIT
  1. Tanam varietas yang tahan
  2. Semprotkan fungisida bila perlu pada bagian daun
G.   NODA PALSU
  1. Penggunaan varietas yang tahan
  2. Penyakit ini tidak terlalu merugikan karena luas dan intensitas serangannya umumnya rendah, sehingga tidak membutuhkan pengendalian yang intensif.

Sumber dari diklat pertanian berbasis ramah lingkungan

              
                Pusat Pelayanan Agens Hayati





             Bumi Lestari Ngawi


Ingin melengkapi artikel ini? Silahkan tulis di kolom komentar. Karena keterbatasan waktu online maspary, jika ingin bertanya seputar pertanian silahkan langsung SMS aja 
ke (0351) 7073165 (SMS ONLY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar